Nilai Plus Minus Ujian Nasional dari Kacamata Siswa

Beberapa orang tidak setuju dengan diberlakukannya sistem ujian nasional di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri. Berbagai protes, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah dilayangkan masyarakat—baik itu dari kalangan pelajar maupun dari orang dewasa. Sampai saat ini, DPR RI juga masih tidak setuju dengan keputusan pemerintah dengan menjadikan ujian nasional sebagai satu-satunya jalan untuk mendapatkan sertifikat dan lulus dari sekolah. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kewenangan untuk menilai ada pada para pendidik, bukan pemerintah atau birokrat. Namun pemerintah masih menjalankannya, ini jelas sebuah pelanggaran.

Saya yakin, jika saya bertanya kepada seratus orang, 98 orang akan menjawab ujian nasional sangat tidak adil dan lebih banyak nilai minusnya. Satu kalimat yang selalu terlontar dari mulut masyarakat ketika ditanya pendapat mereka tentang ujian nasional adalah, "Rasanya tidak adil kalau hasil belajar selama 3 tahun hanya ditentukan oleh 50 soal yang hanya dapat dikerjakan selama 2 jam dan yang hanya berlangsung selama 3 hari." Mereka tidak salah. Pemerintah hanya duduk jumawa di kursi empuk mereka sementara murid-murid tingkat enam SD, tingkat tiga SMP, SMA dan SMK berkutat dengan soal-soal mereka.

Jika ditanya plus minus ujian nasional, apalagi dari sudut pandang seorang pelajar macam saya ini, yang paling malas kalau sudah disuruh belajar, tentunya yang paling banyak disebutkan adalah poin minusnya. Tapi, dibalik tumpukan poin minus tersebut, masih ada poin plus yang tersembunyi. Dari yang saya pernah dengar, ujian nasional membuat para guru semakin semangat untuk mendidik murid-muridnya. Itu poin plus dari sisi guru. Dari sisi murid? Murid jadi makin terdorong untuk membuka buku untuk membaca isinya, apalagi jika di sekolah diterapkan sistem bimbingan belajar khusus, seperti pendalaman materi. Jika murid suka membaca apa yang telah dipelajarinya di pendalaman materi, nilainya di kelas (sebelum ujian nasional, tentunya) sudah dipastikan bakal naik.

Namun bagaimanapun saya pikir ujian nasional tetap bermakna positif bagi saya. Entah bagi beberapa orang yang menganggap ujian nasional sangat tidak berguna bagi mereka. Ujian nasional, baik sadar atau tidak, membuat diri kita untuk memacu diri untuk menjadi lebih baik dan berubah. Dulu, sampai kelas 8 semester 2 lalu, tak pernah terpikir sedikitpun untuk serius belajar. Sekarang, saya belajar untuk berubah dan menghadapi dengan serius ujian nasional. Melihat kesungguhan para guru untuk mengajari muridnya, sungguh tak sopan jika kita tidak mendukung mereka juga. Saya akan berusaha sebaik mungkin dalam mendapat hasil memuaskan sebagai hasil dari buah kerja keras kita.

0 komentar: